KRI.Dewaruci adalah kapal latih TNI
Angkatan Laut, yang aktif digunakan untuk melatih kadet / taruna-taruna Akademi
Angkatan Laut, sejak kapal tersebut masuk ke dalam jajaran kapal-kapal perang
Indonesia pada tahun 1953. Keberadaan kapal latih tersebut sangat penting,
karena untuk melahirkan perwira-perwira laut yang tangguh, berkarakter sebagai
prajurit laut dan mempunyai etos prajurit pejuang, diperlukan sarana untuk
menempanya layaknya penggodokan di kawah
Candradimuka.
Peran parade di laut
Dengan menggunakan KRI.Dewaruci
sebagai kapal latih, para taruna-taruna laut dilatih bekerja di kapal,
menjalankan kapal di laut dengan mesin,
dan sewaktu-waktu mesin dimatikan diganti dengan mengembangkan
layar-layar kapal / menjalankan kapal dengan layar, yang berarti kapal berlayar
dengan tenaga angin, kemudian mengendalikan kapal dan bernavigasi di medan laut
dengan menghadapi tantangan alam yang sesungguhnya, berupa angin, ombak dan
gelombang, arus laut, dan kadang-kadang badai.
Pembabtisan menjadi Warga Tujuh Samudera
Melatih
Ketrampilan dan Membentuk Karakter Jiwa Bahari
Program dan proses pelatihan di
KRI.Dewaruci yang dilaksanakan selama ini berfungsi ganda, yaitu KRI.Dewaruci
dijalankan layaknya kapal modern, dengan mesin, dan KRI.Dewaruci dijalankan
layaknya kapal-kapal layar zaman dahulu di masa kejayaan kerajaan Sriwijaya,
Majapahit, Demak, kerajaan-kerajaan di Ternate dan Tidore, serta pada masa
kejayaan kesultanan Cirebon dan Banten.
Memang sekarang ini sudah bukan
zamannya kapal layar, maksudnya kapal-kapal perang bukan berupa kapal-kapal
layar. Namun justru di situlah terletak
keunggulan kapal latih KRI.Dewaruci. Karena para kadet / taruna-taruna laut
bukan hanya dilatih ketrampilan dalam mengolah-gerakkan kapal, namun juga “ di
isi “ dengan semangat dan jiwa bahari, keberanian menempuh ombak dan badai,
sebagaimana karakter dan semangat yang dimiliki oleh “ nenek moyang “ bangsa
Indonesia.
Upacara Tradisional Pembabtisan Menjadi Warga Tujuh Samudera
oleh Dewa Neptunus, di atas geladak KRI.Dewaruci ketika berlayar
di tengah laut.
oleh Dewa Neptunus, di atas geladak KRI.Dewaruci ketika berlayar
di tengah laut.
Para kadet di isi dengan semangat kerajaan Sriwijaya yang berhasil menjadikan kerajaannya menjadi pusat kebudayaan di Asia. Para kadet diisi dengan semangat kerajaan Mataram / wangsa Syailendra yang membangun candi-candi megah, Borobudur, Prambanan dan lain-lain. Candi Borobudur peninggalan nenek moyang bangsa itu menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, meninggalkan pesan abadi untuk bangsa Indonesia dan juga untuk seluruh umat manusia: " Kami yang membangun candi ini adalah bangsa besar yang religius, kami adalah bangsa bahari yang mengedepankan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa ". Hree Dharma Shanti, malu berbuat cela/curang, karena Tuhan Maha Tahu, Tuhan bersama kami, Tuhan mengawasi kami, Tuhan membimbing kami......."
Para kadet juga diisi dengan semngat kerajaan Majapahit, semangat Ratu Ayu Kencana Wungu, semangat wangsa Bhree Wijaya dan Mahapatih GajahMada*) yang berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
PRAMBANAN TEMPLE
Para kadet diisi dengan semangat Sultan Babullah ( Ternate ) yang berhasil mengusir bangsa Portugis dan berhasil membatasi jalur perdagangan bangsa Spanyol di Maluku. Dalam istilah strategi modern sekarang ini, adalah Sultan Baabullah yang sudah melaksanakan “ command of the sea “ dan “ Sea Denial “.
Para kadet juga diisi dengan semangat
Kesultanan Cirebon dan Banten, di bawah pimpinan Faletehan atau Fatahillah ( di
kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati-Cirebon ), yang berhasil
menggagalkan ekspedisi Portugis dari Malaka yang berniat mendirikan benteng di
Jayakarta. Dalam sejarah Indonesia tercatat,
bahwa pada tahun 1526, Portugis mengirim ekspedisi kapal-kapalnya dari Malaka.
Ekspedisi dilakukan tiga kali, tetapi semuanya berhasil digagalkan oleh
Fatahillah, penguasa kesultanan Cirebon, yang waktu itu bergerak cepat
menaklukan Banten, dan kemudian menyiapkan kapal-kapal perangnya di Banten dalam
rangka mencegat kapal-kapal Portugis
yang menuju Jayakarta.
Dalam istilah strategi modern sekarang ini, adalah Fatahilah yang berhasil menggagalkan ekspedisi Portugis dengan menerapkan strategi “ Fleet in Being “ atau Armada Siaga, suatu strategi yang cocok digunakan oleh kekuatan kecil melawan kekuatan besar, dan hanya efektif dilakukan bila peperangan terjadi di perairan kepulauan. Strategi Fleet in Being itu pula yang diterapkan oleh Sultan Baabullah ( Ternate, 1570-1584 ) dalam perang melawan armada Portugis dan Spanyol.
Istilah Fleet in Being itu sendiri
baru dikenal pada tahun 1690, diterapkan oleh Lord Torrington – Komandan Satuan
Tugas dari Armada Royal Navy di Selat Inggris – ketika berperang melawan armada
Perancis yang waktu itu memiliki kekuatan lebih besar.
Bukan itu saja, KRI.Dewaruci termasuk
salah satu kapal layar bertiang tinggi ( Tall Ship ) yang sudah sangat dikenal
di dunia. Prestasi dan reputasinya sudah mendunia. Banyak cerita-cerita yang mengharukan ketika
KRI.Dewaruci muhibah keliling dunia. Pada umumnya, masyarakat di
pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi mengagumi KRI.Dewaruci, terutama kekaguman
kepada para kadet-kadetnya yang gagah-gagah, dan ABK yang ramah tamah. Fans
Dewaruci di luar negeri banyak sekali. Bagi mereka, Indonesia adalah Dewaruci,
Dewaruci adalah Indonesia. Tidak
berlebihan jika dikatakan, kepopuleran Dewaruci hampir menandingi kepopuleran
Pulau Bali.
Dan tentu saja, kepopuleran Dewaruci
di luar negeri tersebut mempunyai peran menonjol bagi TNI-Angkatan Laut dalam melakukan fungsi
diplomasinya ( Naval Diplomacy ). Peran
diplomasi itu pula yang sudah dilakukan
oleh para pelaut Indonesia di masa kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Dengan melakukan praktek pelayaran di
KRI.Dewaruci – ketika mengembangkan layar-layarnya – para kadet dilatih bekerja
keras, karena diperlukan tenaga yang kuat untuk menarik tali dan memasang layar-layar
kapal, dan hal itu tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri melainkan harus kompak
( Team Work ), dan diperlukan pula keberanian ketika harus membuka dan menutup
layar yang terletak di tiang-tiang yang tinggi.
Para kadet benar-benar merasakan seperti apa yang pernah dilakukan oleh
pelaut-pelaut Indonesia di zaman dulu.
Sejarah KRI.Dewaruci
Adalah seorang Jerman bernama Albert Frederick Hermann Roosenow, yang diminta oleh Presiden Indonesia waktu itu, Ir.Soekarno, untuk membantu Angkatan Laut Indonesia dalam menata dan mengembangkan organisasinya. Pada tahun 1952 Roosenow menyampaikan ide tentang perlunya kapal layar latih untuk digunakan melatih para kadet calon perwira TNI Angkatan Laut. KSAL waktu itu, Kolonel R.Soebijakto menyambut ide itu dengan baik, karena sejalan dengan kebijakan Presiden Soekarno yang dikenal memiliki visi maritim yang kuat dan ingin membangun Angkatan Laut yang besar, sesuai dengan geostrategi negara Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
KSAL Kolonel R.Soebijakto kemudian
menugaskan A.F.H.Roosenow untuk melakukan survey penjajagan pengadaaan kapal ke
negara Jerman, didampingi oleh Kapten Laut
Oentoro Koesmardjo .
Kapal
layar latih itu ditemukan di
galangan H.C Stulken & Son,Hamburg.
Kapal tersebut termasuk kapal layar latih type Barquentin, dan sebenarnya telah dirancang sejak tahun 1932
namun tertunda akibat meletusnya Perang Dunia II di daratan Eropa.
KSAL menyetujui pengadaan kapal
tersebut, dan pembangunan kapal mulai dikerjakan. Kapal diluncurkan pada
tanggal 24 Januari 1953. dan diberi nama R.I Dewa Rutji . Nama kapal Dewaruci, diberikan oleh Presiden Soekarno, merupakan nama
tokoh dalam pewayangan. Setelah beberapa
kali bercobaan layar dan diuji kelaikannya, selanjutnya dilaksanakan pelayaran
perdana menuju Indonesia. Pelayaran ini
dikomandani langsung oleh A.F.H Roosenow yang telah diangkat menjadi Kapten
Laut. Kapal tiba di Indonesia dan
diresmikan masuk
serta
di jajaran TN Angkatan Laut sejak
1 Oktober 1953.
Pembangunan kapal Dewaruci di
Hamburg, Jerman, dan komandan pertama KRI.Dewaruci adalah orang Jerman,
memiliki keterkaitan historis dan emosional yang cukup besar sampai sekarang
ini, walaupun galangan kapal pembuatnya, H.C.Stulken & Son, sudah tidak
ada. Yang menarik, ada seorang warga kota Hamburg, bernama Klaus Neumann , dia
adalah konsultan ahli di bidang maritim. Ketika suatu Dewaruci muhibah pada
tahun 2005, dan singgah di pelabuhan Bremerhaven,
Jerman, dia mendapat kesempatan mengikuti pelayaran Dewaruci dari Bremerhaven –
Amsterdam.
Dan ketika Dewaruci pada tahun 2010 datang lagi ke Amsterdam, dia
dengan kemauan sendiri terbang ke Amsterdam, kemudian mengikuti pelayaran
Dewaruci dari Amsterdam – Bremerhaven. Klaus Neumann menguasai detil Dewaruci,
termasuk permesinannya. Dan atas kemauan sendiri dia selalu memonitor
perkembangan Dewaruci, khususnya berkenaan dengan perbaikan-perbaikan yang
dilakukan. Dia pula yang berpendapat, bahwa Dewaruci masih dapat digunakan
sampai satu abad ke depan.
Operasi Kartika Jala Krida ( KJK ).
Tujuan latihan pelayaran KJK adalah untuk mempraktekan navigasi Astronomi, Permesinan, Elekronika dan profesi matra laut lainnya, dengan kegiatan muhibah ke beberapa pelabuhan di tanah air maupun luar negri. Disamping itu, KJK juga bertujuan untuk meningkatkan wawasan budaya kehidupan bangsa secara internasional bagi para kadet-kadet, dan dalam rangka melaksanakan peran TNI AL sebagai elemen bangsa dalam Soft power diplomacy , yaitu dengan membawa pesan persahabatan dan perdamaian yang harmonis antar bangsa.
Sebagaimana telah dikemukakan di
atas, kehadiran KRI Dewaruci ke seluruh
pelosok pelabuhan dunia yang dilaksanakan sejak tahun 1957 sampai saat ini, telah
menggetarkan dan senantiasa menggelorakan hati siapapun yang meyaksikannya. Contohnya seperti yang terjadi pada saat
barisan kadet angkatan 10, berparade di jalan raya kota New York pada thn 1964
pada operasi “Dewa Rutji Sang Saka Melanglang Jagad”, yaitu pelayaran pertama keliling
dunia menaklukan tujuh Samudra. Terdengar decak kagum para pengunjung:
”Heavens, they walk like God” dan seperti terbius ‘’ INDONESIAN?? Dammed , you look better than American !! “.
”Heavens, they walk like God” dan seperti terbius ‘’ INDONESIAN?? Dammed , you look better than American !! “.
Demikianlah, di mana barisan kadet
Dewaruci lewat, orang-orang terpana melihatnya. Dan oleh karenanya, sejak tahun
1957 sampai sekarang ini banyak sekali simpati dan apresiasi publik di
kota-kota yang dikunjunginya. Hal itu
sangat mendukung penilaian ketika Dewaruci mengikuti berbagai ajang lomba layar
kapal tiang tinggi tingkat internasional.
Berkaitan dengan hal ini, banyak trophy penghargaan yang dimenangkan
oleh Dewaruci, dan hal itu menambah keharuman Indonesia, TNI Angkatan
Laut, dan kepopuleran Dewaruci sendiri.
Mengawasi jalannya latihan
Tidaklah mengherankan jika kini KRI Dewaruci memiliki penggemar-penggemar fanatik tersendiri , mencintainya, dan selalu hadir di manapun kapal itu merapat dipelabuhan. Bahkan ada penggemar di luar negeri yang mendirikan “ Friend of Dewaruci Foundation”, seperti juga di Indonesia ada ‘Yayasan Sahabat Dewaruci”. Mereka itulah yang atas prakarsa dan kemauan sendiri, secara tulus mendeklarasikan semboyan “SAYA CINTA DEWARUCI’’
Akhir pengabdian Sang Legenda ?
Beberapa waktu yang lalu ada banyak media yang memberitakan tentang rencana pemusiuman KRI Dewa Ruci. Pada saat usianya telah mencapai 61 tahun, Dewaruci dipandang sudah tua dan rapuh.
Terbayang sudah, sosok yang tadinya begitu kokoh , tangguh dan
tegar, akan menjadi sosok yang seolah
terpasung dan teronggok, apakah diletakkan di Musium TNI Angkatan Laut di dekat
Akademi TNI Angkatan Laut, Bumi Moro, Surabaya ? Atau mungkin diletkkan berdampingan
dengan KRI POSAPATI 401, di dekat Delta
Plaza, di tepi Kali Mas ,Surabaya? Atau mungkin diletakkan berdampingan dengan
KRI HARIMAU 651 di Taman Mini Jakarta, atau di Musium Bahari Sunda Kelapa?
Seorang purnawirawan perwira TNI
Angkatan Laut, yang pernah menjabat Komandan Latihan Taruna Angkatan-42, di
tahun 1994, menceritakan pengalamannya ketika membawa sekitar 150 taruna laut
tingkat II, dalam pelayaran dengan Dewaruci. Ketika itu dalam perjalanan
kembali menuju kota Surabaya, setelah singgah di Balikpapan-Kalimantan Timur.
Sampai di Selat Makasar sudah terasa
cuaca berubah dengan tiba-tiba, angin bertambah kencang dan laut berombak
besar. Komandan kapal menyampaikan perintahnya, agar semua ABK dan seluruh
taruna meningkatkan kewaspadaan dan tidak lengah. KRI.Dewaruci terus melaju di
Selat Makasar di tengah malam, dalam situasi ombak besar. Sampai pagi hari keadaan cuaca belum berubah,
bahkan ada tanda-tanda peningkatan kecepatan angin.
Sekitar jam 11.00 Dewaruci sampai di
perairan Pulau Masalembu, di sini terjadi semacam keanehan : kapal bergerak dengan menggunakan mesin maju
penuh ( Full Speed ), tetapi kapal tidak bergerak sama sekali, tidak maju dan
juga tidak mundur. Kecepatan angin di atas 55 knots, kondisi laut mencapai Sea
State-7 Skala Beauford – termasuk kondisi sea state tertinggi di perairan Indonesia
– dan kapal seolah-olah terpaku di tempatnya, sebentar berada di puncak
gelombang dan sebentar berada di lembah gelombang. Sudut kemiringan kapal sudah sangat
mengkhawatirkan.
Dalam kondisi darurat tersebut,
komandan kapal berunding dengan komandan latihan untuk memutuskan tindakan yang
harus dilakukan. Akhirnya disepakati, mesin tetap dipertahankan maju penuh, dan
kemudi tengah-tengah, maksudnya arah haluan tetap dipertahankan jangan sampai
berubah, karena perubahan arah haluan dalam situasi seperti itu bisa
menyebabkan kapal terguling. Dan tentu saja, tindakan tersebut diambil
dibarengi dengan doa, memohon keselamatan kepada Allah SWT.
Kondisi darurat kapal tersebut
berlangsung hampir satu jam lamanya, kapal tidak bergeser sedikitpun, tidak
maju dan tidak mundur, hanya oleng ke kanan dan ke kiri, seolah-olah terpaku di
tempatnya. Terasa seperti ada gaya tarik
yang sangat kuat ke arah pusat bumi.
Hampir mendekati jam 12.00, dengan
tiba-tiba kecepatan angin menurun, hal itu terlihat pada Wind Indicator. Komandan
kapal berunding lagi, dan diputuskan : Mesin tetap maju penuh, Kemudi Kiri
Lima, maksudnya arah haluan kapal dirubah dibelokkan ke kiri 5 derajat. Setelah
hal itu dilakukan, dengan tiba-tiba saja kapal mulai bergerak pelan-pelan maju
ke depan, dan kemudian meluncur dengan cepat meninggallan titik posisi ‘
darurat ‘ tersebut. Kapal melanjutkan perjalanan dan tiba kembali di Surabaya
dengan selamat.
Pelajaran yang bisa dipetik dari
kejadian tersebut, pertama dan yang terpenting adalah stabilitet
KRI.Dewaruci exelent, sulit dicari tandingannya. Dia mampu bertahan pada kondisi Sea State-7
Skala Beauford, dan tentu masih dalam kondisi “ lincah “ bergerak pada kondisi
sea state di bawahnya. Oleh karena itu, amat sangat disayangkan bila Dewaruci secepat
itu dimusiumkan. Ke dua, pelayaran melintasi perairan kepulauam Masalembu harus extra hati-hati dan waspada, yang penting di laut tabu berkata kasar / jorok, dan tidak boleh sombong / overconfident, dan harus tetap rendah hati.
Tall Ship tua negara-negara lain yang masih dioperasikan
Setelah terjadi peristiwa tenggelamnya kapal Titanic, badan International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan peraturan keselamatan Pelayaran SOLAS (Safety Of Life At Sea), yang mensyaratkan bermacam kelengkapan alat keselamatan dan ketrampilan para awak kapal. Namun kecelakaan-kecelakaan masih sering terjadi. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa 70 % kecelakaan kapal disebabkan karena buruknya manajemen di darat dalam hal pengawasan dan perawatan kapal secara berkala.
Untuk itu kapal-kapal niaga
diwajibkan untuk ikut sebagai anggota Biro Klasifikasi kapal, seperti A.B.C (Amerika),
L.R (Inggris), D.N.V(Norwegia), N.K.K,(Jepang) , dan di Indonesia ada
BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Untuk kapal-kapal perang, klasifikasi
/ kelaikan kapal menjadi tanggung jawab Angkatan Laut masing-masing negara.
Dalam hal ini masing-masing Angkatan Laut memiliki Dinas Kelaikan Kapal, yang
secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap kapal-kapal perang yang
dioperasikan, dan berhak mengeluarkan sertifikat Class Maintained, termasuk sertifikat
Savety Construction /Safety Equipment dan Safety Navigation. Dinas Kelaikan Kapal ini pula yang
merekomendasikan klasifikasi kapal, apakah statusnya “Oberservation/ Non Conformity atau Mayor” yang menyatakan kapal sudah tidak
laik laut, sehingga harus dilaksanakan Floating Repair atau Dry Dock Repair.
Badan ini pula yang merekomendasikan bila suatu kapal sudah tidak mungkin
dipertahankan lagi, sehingga harus didisposed, dengan kata lain dijual sebagai
besi tua.
Begitu ketatnya pengawasan terhadap
kelaikan kapal, demi untuk menjamin keselamatan kerja dan keselamatan
pelayaran. Aspek positifnya positifnya kita menjadi tahu bahwa setiap kapal
yang baru selesai docking paling tidak dia akan dapat mempertahankan
kelaikannya minimal 3 tahun ke depan,
sebelum masuk ke jadwal docking
berikutnya.
Dengan demikian bila saat ini KRI Dewaruci masih dapat dinyatakan dalam kondisi “Laik
Laut” minimal untuk berlayar disekitar perairan Indonesia ,seyogyanya kapal
tersebut untuk tetap dioperasikan sampai beberapa tahun kedepan.
Di beberapa negara lain masih banyak
yang mengoperasikan Tall-Ship yang usianya diatas 80 tahun seperti:
§ STS Alexander von Humboldt
/ Jerman/1906,
- STS
Astrid/belanda/1918,
§ STSBelem /Prancis/1913 ,
-
STS Creoula /Portugis/ 1937,
§ STSChristian-Raddich/Norwegia/1936,
- STS-Najaden/Swedia/1918,
§ STS-Svanen/Australia/1922,
- STS-Danmark
/Denmark/1933,
§ STS-Cuauhtemoc/Mexico/1933,
- STS-Eagle/Amerika
/1936 ,
§ STS-Esmeralda Chili/1942
dan lain lainnya.
Kapal Layar Latih masih dibutuhkan.
Bila dihitung berapa kali pelayan KJK
sejak tiba di Indonesia tahun 1953 sampai pelayaran tahun 2012, jumlahnya Pelayaran muhibah ke luar maupun dalam negeri ada sekitar 60 kali.
Dan bila setiap muhibah membawa rata-rata 75 taruna, maka saat ini ada
sekitar 4500 orang perwira
TNI AL yang telah berhasil digodok dan digembleng, dan kemudian terbukti berhasil menjadi perwira yang tangguh
dan memiliki etos juang yang tinggi selama berkarir di TNI AL.
Keberhasilan ini perlu disosialisasikan kepada pemerintah dan masyarakat luas
bahwa kegiatan pelatihan di atas kapal KRI DEWARUCI adalah suatu alternatif
yang ampuh dalam rangka pembinaan Nation
Mental and Character Building , dan menjadikan laut sebagai ruang kelas
terbaik sekaligus sebagai sarana pemersatu bangsa.
Beberapa Negara yang
memiliki Tall Ship di
negara Eropa , Amerika, Australia dan juga di Asia seperti Jepang ,India ,Oman
,dan Malaysia telah memberikan kesempatan bagi para pemuda dari Sekolah Tinggi
Maritim, mahasiwa dan pelajar diatas usia 16 tahun untuk diberi
pengalaman dasar pengenalan laut (Sea
Familiarisation), selama 5- 7 hari.
Berkaitan dengan rencana pengadaan kapal layar latih yang baru , maka terbuka peluang untuk tetap menggunakan KRI.Dewaruci selain untuk para kadet juga memberi kesempatan kepada para mahasiswa dan pelajar usia di atas 16 tahun, dengan tujuan sea familliarisation, yaitu pelayaran pengenalan matra laut Indonesia. Pelaksanaan hal ini akan semakin meningkatkan peran TNI Angkatan Laut dalam membina generasi muda bangsa Indonesia, benar-benar diarahkan untuk menjadi generasi penerus bahari Indonesia.
Kita semua mengharapkan, semoga kita
dapat mengulang dan melestarikan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai
oleh KRI.Dewaruci. Antara lain, perlu
direncanakan lebih awal untuk mengulang keberhasilan penyelenggaraan “ SAIL
INDONESIA – ARUNG SAMUDRA TAHUN 1995 “.
Event internasional itu kemungkinan bisa dilaksanakan kembali pada tanggal 17 Agustus
2015, dalam acara
memperingati Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa INDONESIA yang ke -70.
Sebagai penutup tulisan, disampaikan
motto KRI.Dewaruci :
” CITA-CITA AKAL BUDI, BERANI JUJUR GUNA BHAKTI “
Diharapkan motto KRI DEWARUCI tersebut tetap bisa kita tanamkan di hati sanubari generasi muda Indonesia, sepanjang masa.
Juni 2014
GA-14 & GS-19
*) Gajahmada dimakamkan di desa kelahirannya, dekat pemandian Bektiharjo Tuban, dikenal sebagai Makam "Barat Ketigo". Barat Ketigo adalah sebutan dari ajian/kesaktiannya bisa mendatangkan angin lesus (Puting Beliung/Tornado). Di pedesaan sekitarnya terdapat juga makam para wali : Sunan Bejagung, Syech Maulana Magribi ( adik Syech Maulana Malik Ibrahim-Gresik ), Syech Siti Jenar ( wali yang ajarannya dipandang kontroversial ), Syech Atas Angin (Guru Brawijaya Pamungkas), dan Makam Brawijaya Pamungkas ( Raja Majapahit terakhir ). Berdasarkan cerita rakyat, Brawijaya mengalah kepada putranya yang memeluk agama Islam, dan yang berhasil membangun kerajaan Demak. Kerajaan Demak ketika itu maju pesat dan menyaingi Majapahit. Brawijaya berlayar menuju Demak untuk menemui putranya, tapi di tengah perjalanan sampai di Tuban jatuh sakit, sehingga bermaksud istirahat di Tuban. Di Tuban tinggal di desa Atas Angin di tempat Syech Atas Angin, dan diangkat menjadi muridnya. Brawijaya tidak sampai ke Demak karena wafat di Tuban. Makamnya berada di dekat makam Syech Atas Angin, sekitar 1 km dari makam Sunan Bejagung Tuban.
Putra Brawijaya Pamungkas dari garwapadmi, yang semula diharapkan menggantinya menjadi raja sudah lebih dulu mengalah, tidak mau menyaingi saudaranya yang dilahirkan oleh ibu seorang putri dari Palembang, yang berhasil mendirikan kerajaan Demak. Putra mahkota menolak menjadi raja dan minta izin untuk berguru kepada Sunan Bejagung ( Syech Abdulah Asyari, adik dari Syech Maulana Asmorokondhi ). Syech Maulana Asmorokondhi adalah ayah dari Raden Rachmat ( Sunan Ampel, Suarabaya ), makamnya juga di Tuban / Gesikharjo.
Putra mahkota ditemani seorang Tumenggung berguru di Tuban, di kemudian hari diambil menantu oleh Sunan Bejagung. Makamnya berada di desa Bejagung Tuban, dikenal sebagai makam Sunan Bejagung Kidul ( Kidul = Selatan). Syech Abdullah Asyari atau Sunan Bejagung makamnya di sebelah Utara, dan biasa disebut makam Sunan Bejagung Lor ( Lor = Utara ).
Sedangkan Tumenggung yang menemani putra mahkota, setelah masuk Islam mendapat nama: Mahmudin, kembali ke Majapahit di ketumenggungan Bungkul, makamnya di dekat Taman Bungkul Surabaya, biasa disebut Ki Ageng Mahmudin atau Sunan Bungkul. Syech Mahmudin adalah menantu dari Mbah Karimah, makam Mbah Karimah di desa Pakis, Surabaya. Putri dari Syech Mahmudin/Sunan Bungkul dikawin oleh Raden Paku yang pada waktu itu menjadi murid Sunan Ampel, dan Raden Paku di kemudian hari dikenal sebagai Sunan Giri, makamnya di daerah Giri dekat Kebomas-Gresik.
( Apa yang disampaikan di atas berdasarkan penelusuran, waktu itu mendapat semacam wangsit, pertama agar menemui seorang kiai bernama "Udin". Ke dua, pada waktu yang lain wangsit sedang berdoa di depan makam kembar, dan ke tiga wangsit seperti berada di dalam mesjid besar dan mendengar suara:" Ini Brawijaya !". Setelah berbulan-bulan mencari kiai "Udin", dengan gambaran situasi lokasi tempatnya dan mengira kiai itu masih ada, akhirnya ketemu "Syech Mahmudin"/Sunan Bungkul. Semula belum tahu bahwa di Taman Bungkul ada komplek makam. Gambaran situasi di luar makam persis sama dengan wangsit.
Setelah 1 -2 tahun kemudian, secara tidak sengaja ketemu makam kembar. Makam kembar adalah makam Syech Atas Angin. di dekat makam kembar sekitar 50 m terdapat makam Brawijaya Pamungkas. Dan ketemu pula mesjid besar. Mesjid besar adalah makam Syech Maulana Magribi. Makam Syech Maulana Magribi di desa Galombo Tuban, ternyata memang berupa suatu bangunan mesjid besar. Di dalam mesjid besar itu semata-mata adalah suatu komplek pemakaman. Di luar komplek pemakaman mesjid besar, sekitar 200 m terdapat makam Syech Siti Jenar. Walahualam - admin ).
Putra Brawijaya Pamungkas dari garwapadmi, yang semula diharapkan menggantinya menjadi raja sudah lebih dulu mengalah, tidak mau menyaingi saudaranya yang dilahirkan oleh ibu seorang putri dari Palembang, yang berhasil mendirikan kerajaan Demak. Putra mahkota menolak menjadi raja dan minta izin untuk berguru kepada Sunan Bejagung ( Syech Abdulah Asyari, adik dari Syech Maulana Asmorokondhi ). Syech Maulana Asmorokondhi adalah ayah dari Raden Rachmat ( Sunan Ampel, Suarabaya ), makamnya juga di Tuban / Gesikharjo.
Putra mahkota ditemani seorang Tumenggung berguru di Tuban, di kemudian hari diambil menantu oleh Sunan Bejagung. Makamnya berada di desa Bejagung Tuban, dikenal sebagai makam Sunan Bejagung Kidul ( Kidul = Selatan). Syech Abdullah Asyari atau Sunan Bejagung makamnya di sebelah Utara, dan biasa disebut makam Sunan Bejagung Lor ( Lor = Utara ).
Sedangkan Tumenggung yang menemani putra mahkota, setelah masuk Islam mendapat nama: Mahmudin, kembali ke Majapahit di ketumenggungan Bungkul, makamnya di dekat Taman Bungkul Surabaya, biasa disebut Ki Ageng Mahmudin atau Sunan Bungkul. Syech Mahmudin adalah menantu dari Mbah Karimah, makam Mbah Karimah di desa Pakis, Surabaya. Putri dari Syech Mahmudin/Sunan Bungkul dikawin oleh Raden Paku yang pada waktu itu menjadi murid Sunan Ampel, dan Raden Paku di kemudian hari dikenal sebagai Sunan Giri, makamnya di daerah Giri dekat Kebomas-Gresik.
( Apa yang disampaikan di atas berdasarkan penelusuran, waktu itu mendapat semacam wangsit, pertama agar menemui seorang kiai bernama "Udin". Ke dua, pada waktu yang lain wangsit sedang berdoa di depan makam kembar, dan ke tiga wangsit seperti berada di dalam mesjid besar dan mendengar suara:" Ini Brawijaya !". Setelah berbulan-bulan mencari kiai "Udin", dengan gambaran situasi lokasi tempatnya dan mengira kiai itu masih ada, akhirnya ketemu "Syech Mahmudin"/Sunan Bungkul. Semula belum tahu bahwa di Taman Bungkul ada komplek makam. Gambaran situasi di luar makam persis sama dengan wangsit.
Setelah 1 -2 tahun kemudian, secara tidak sengaja ketemu makam kembar. Makam kembar adalah makam Syech Atas Angin. di dekat makam kembar sekitar 50 m terdapat makam Brawijaya Pamungkas. Dan ketemu pula mesjid besar. Mesjid besar adalah makam Syech Maulana Magribi. Makam Syech Maulana Magribi di desa Galombo Tuban, ternyata memang berupa suatu bangunan mesjid besar. Di dalam mesjid besar itu semata-mata adalah suatu komplek pemakaman. Di luar komplek pemakaman mesjid besar, sekitar 200 m terdapat makam Syech Siti Jenar. Walahualam - admin ).