Sir
Julian Stafford Corbett
, adalah sejarawan Angkatan Laut
Inggris, Royal Navy, yang terkenal dengan buku yang ditulisnya
pada tahun 1911, berjudul ‘ Some
Principles of Maritime Strategy “. Hasil pemikiran Julian Corbett tentang
Strategi Maritim masih dipelajari sampai sekarang. Diajarkan di dalam berbagai pendidikan yang
berhubungan dengan topik strategi maritim,
baik di lingkungan militer maupun non-militer.
Disamping itu pemikiran Corbett tentang strategi maritim juga digunakan sebagai
salah satu acuan bagi para pemikir strategi zaman sekarang.
Julian Cotbett adalah teman baik dan
pendukung Admiral John Jackie Fisher, seorang tokoh yang menggulirkan reformasi Royal Navy pada awal abad-20. Julian Corbett juga dipercaya untuk menulis
sejarah operasi Angkatan Laut Inggris pada masa Perang Dunia-1.
Pandangan dan pemikiran Julian
Corbett pada masanya banyak
mendapat tentangan dari lingkungan
perwira Royal Navy sendiri, Sebagian
malah membuat marah, karena Julian Corbett cenderung menitik-beratkan ke
teori daripada prakteknya. Corbett
sangat menekankan pentingnya mempelajari ilmu
perang dalam bentuknya sebagai teori ilmiah. Sedangkan kebanyakan perwira senior Royal
Navy pada masa itu justru cenderung ke prakteknya, dan mereka berpandangan bahwa pemikiran Corbett mengabaikan aspek heroisme
seperti yang pernah ditunjukkan oleh Napoleon
Bonaparte, atau pahlawan idola
mereka :
Lord Nelson.
Tujuan
Julian Corbet sebenarnya adalah untuk mengisi kekosongan kerangka acuan kerja
bagi penerapan peran dan fungsi Angkatan Laut. Dengan kata lain, bahwa dalam rangka menjalankan peran dan
fungsi dengan sebaik-baiknya, Angkatan
Laut memerlukan suatu kerangka acuan
kerja atau semacam “ buku panduan
“ , yaitu : Doktrin Maritim.
Hasil pemikiran Julian Corbett di awal abad-20 tersebut yang membidani lahirnya
Doktrin Maritim Inggris / British
Maritime Doctrine. Dan Corbett
percaya bahwa pengembangan teori perang dan strategi maritim yang diajarkan
dalam pendidikan- pendidikan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik bagi
negara Inggris dalam upaya pertahanan negaranya.
Pemikiran Julian
Corbett tersebut termasuk ‘ luar biasa ‘ pada zamannya, karena dengan demikian Corbett berusaha
menstransfer pengetahuan tentang perang dan pertahanan negara ke ruang yang
lebih luas, yaitu ruang publik atau masyarakat umum.
Berkaitan dengan hal ini, gagasan
atau konsep
pengajaran Julian Corbett bisa dikatakan
mirip atau mungkin sama dengan konsep
pertahanan rakyat semesta, yang menyertakan
keterlibatan seluruh lapisan masyarakat.
Julian Corbett menulis, bahwa “ sesuatu yang diajarkan “ ,
dengan kata lain “ doktrin
“ , adalah :
“common vehicle of expression and a
common plane of thought . . . for the sake of mental solidarity between a chief
and his subordinates”.
Pemikiran Julian Corbett banyak dipengaruhi oleh Carl von Clausewitz, dalam bukunya “ On War “. Pengaruh dari pemikiran Clausewitz tampak jelas, sehingga bisa dikatakan pemikiran Corbett dalam bukunya bertitik-tolak atau menggunakan landasan dasar ide-ide Clausewitz. Namun tidak seluruh ide Clausewitz diterimanya, mengingat ide Clausewitz termasuk konsep perang kontinental.
Menurut Clausewitz, strategi perang yang
pertama dan harus dilakukan guna meraih kemenangan, adalah dengan melakukan konsentrasi kekuatan secara maksimun, dan lalu mengarahkan kekuatan tersebut dalam pertempuran yang menentukan ( decisive
battle ) untuk menghancurkan kekuatan lawan.
"As many troops as possible should
be brought into the engagement at the decisive point.... This is the first
principle of strategy"
"The best strategy is always to be very strong; first in general ,
and then at the decisive point.... There is no higher and simpler law of
strategy than that of keeping one's forces concentrated" (
Clausewitz, On War ).
Corbett berpandangan sebaliknya.
Pengerahan dan konsentrasi kekuatan secara maksimun dalam perang laut
justru harus dihindari. Ini point
penting yang dikemukakan Corbett,
sebagai salah satu faktor yang menonjol perbedaan antara perang darat dan perang di laut.
Point penting yang ditekankan oleh Julian Corbett
kemungkinan didapat dari bukti berupa fakta historis dalam Perang Peloponesia,
yaitu hancurnya konsentrasi maksimum Armada Athena dalam
perang melawan Liga Peloponesia yang dipimpin Sparta, pada zaman kapal
Galley. Akibat dari kekalahan dalam perang itu, di laut
maupun di darat, Athena tidak pernah bangkit lagi.
Di samping itu, sejarah Inggris sendiri juga mencatat keberhasilannya
menghancurkan konsentrasi maksimum Armada Spanyol, dalam perang yang
terjadi pada tahun 1588.
Dan premis yang dikemukakan oleh Julian Corbett juga telah terbukti dalam
Perang Pasifik yang berlangsung dari tahun 1941 - 1945, berupa hancurnya
konsentrasi kekuatan Armada Sekutu ( ABDA ) yang dipimpin oleh
Rear Adm.Karel Doorman dalam Pertempuran di Laut Jawa ( 27 April 1942 ).
Kehancuran armada sekutu membuka jalan bagi Jepang untuk mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa khususnya, dan ' dengan mudah pula ' Jepang mengambil alih kekuasaan Hindia Belanda / Indonesia dari tangan Belanda.
Demikian pula kehancuran konsentrasi maksimum kekuatan laut dialami oleh pihak Jepang, berupa hancurnya kekuatan inti Armada Jepang yang dipimpin sendiri oleh
Admiral Yamamoto dalam Pertempuran di Midway ( 4-14 Juni 1942
).
Dan akibatnya, kehancuran armada Jepang dalam pertempuran di Midway tersebut menjadi titik-balik dalam
Perang Pasifik. Sejak kehancuran armadanya di Midway, Jepang mulai terdesak sampai berakhirnya perang dengan
menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 2 Sebtember 1945 di atas geladak
USS. Missouri.
Joint Doctrine Publication 0-10 (JDP 0-10), August 2011 :
BRITISH MARITIME DOCTRINE - Pdf
It is widely claimed that the current British Maritime Doctrine is highly influenced by the ideas of British strategist and naval historian Sir Julian S. Corbett. These conclusions, however, rarely originate from systematic empirical investigations of the doctrine itself. The purpose of this article, therefore, is to investigate the intellectual bonds between Corbett and this particular doctrine. In order to bring structure and coherence to the investigation, distinctions are made between four different kinds of influence—formal and informal influence, as well as direct and indirect influence. Although Corbett's influence can certainly be established, it needs to be qualified in at least two respects: his ideas are much more influential in maritime/naval matters on the military-strategic level of war than on operational aspects, and his thinking often seems to be used to “intellectually” legitimize a proposition or a conclusion reached for other reasons. While focusing on certain aspects of Corbettian thinking and disregarding others, the authors ofBritish Maritime Doctrine in fact often tend to quote not Corbett or his thinking, but rather his legend.