Social Icons

19 April 2014

SUN TZU, CLAUSEWITZ, A.T.MAHAN, DAN JULIAN CORBETT







Sun Tzu, 
adalah ahli strategi perang yang hidup pada abad-5 Sebelum Masehi. Berkat keahliannya dalam berperang, dia diangkat menjadi Panglima Perang kerajaan Wu di daratan China / Tiongkok, yang waktu itu diperintah oleh Raja Ho Lu. Di bawah pimpinan Sun Tzu,  kerajaan Wu berhasil menundukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.  Ke arah Barat kerajaan Wu mengalahkan kerajaan Chu,  dan ke arah Utara berhasil menundukkan kerajaan Chi dan Chin. Bagi kerajaan-kerajaan di sekitarnya, serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Wu yang dipimpin oleh Sun Tzu menimbulkan kekaguman.  Sebagian kerajaan-kerajaan kecil lainnya tunduk kepada kerajaan Wu tanpa mengadakan perlawanan.



Di kemudian hari nama Sun Tzu menjadi terkenal,  khususnya di dunia militer,  karena dia meninggalkan karyanya berupa buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul : ‘ The Art of War ‘.  Dan buku ‘ The Art of War ‘ setelah melewati kurun waktu lama menjadi suatu ajaran yang dirahasiakan,  hanya diajarkan di kalangan terbatas,  akhirnya menjadi karya yang monumental dan melegenda.  Strategi perang yang diajarkan oleh Sun Tzu masih dipelajari sampai sekarang,  dan beberapa ajarannya banyak dikutip dan dicantumkan  ke dalam Doktrin Militer negara-negara maju di dunia,  termasuk negara A.S. dan Inggris. 


Panglima Pasukan Koalisi dalam Operasi Badai Gurun ( ‘ Desert Storm ‘ / Perang Irak di tahun 1991 ),  Jenderal Norman Schwarzkopf  secara jujur mengakui,  bahwa keberhasilannya dalam Operasi Badai Gurun adalah berkat terlaksananya fungsi intelijen dengan baik,  dan hal itu karena dia menerapkan ajaran Sun Tzu :  The Chinese classical writer Sun Tzu maintains that all warfare is based on deception.   General H.Norman Schwarzkopt exemplified this premise in leading the campaign to drive the Iraqi Army out of Kuwait in Operation Desert Storm  (  Joint Pub, III -7,  5 May 1995  )."



Carl Phillip Gottfried von Clausewitz, lahir 1 Juli 1780 – meninggal 16 Nopember 1831 pada umur 51 tahun; lebih dikenal dengan nama Carl von Clausewitz,  adalah seorang tentara Prusia dan intelektual. Ia menjabat sebagai prajurit lapangan praktis,  dengan luas pengalaman tempur melawan pasukan Revolusi Perancis, sebagai perwira staf politik / militer Prusia,  dan sebagai pendidik militer terkemuka. Clausewitz pertama kali memasuki pertempuran sebagai kadet pada usia 13  tahun, naik pangkat Mayor Jenderal di usia 38 tahun.  Ia  menikah dengan bangsawan tinggi, Countess Marie von Brühl.  Clausewitz banyak bergaul dengan  kalangan intelektual di Berlin, dan termotivasi untuk menulis sebuah buku tentang perang.  Buku hasil karyanya,   “On War”  (terjemahan dari “Vom Kriege”),  akhirnya  menjadi karya paling berpengaruh terhadap filsafat militer di dunia Barat. Buku tersebut telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa dan berpengaruh pada strategi modern di berbagai bidang.



Alfred Thayer Mahan,  adalah perwira tinggi U.S. Navy yang hidup pada abad-19,  dikenal sebagai tokoh yang berjasa besar dalam membangun Kekuatan Laut ( Sea Power ) Amerika Serikat.   Pada tahun 1890 Rear Admiral  Alfred Thayer Mahan menerbitkan buku berjudul : ‘  The Influence Of Sea Power Upon History 1660 – 1783 ‘.  A.T.Mahan  menjelaskan teori-teorinya tentang Sea Power dengan menggunakan contoh-contoh dari perang antara Inggris vs Belanda pada akhir abad-17 dan perang Inggris vs Perancis pada abad-18.  


Alfred Thayer Mahan menggaris-bawahi,   bahwa Sea Power atau Kekuatan Laut merupakan unsur yang sangat penting bagi kejayaan suatu bangsa.   Apa yang dimaksud dengan Sea Power atau Kekuatan Laut, pada dasarnya identik dengan  Kekuatan Mariim atau Maritime Power.   Apabila kekuatan-kekuatan itu diberdayakan,  maka akan meningkatkan Kesejahteraan dan Keamanan Negara.  Sebaliknya bila kekuatan-kekuatan itu kurang diberdayakan,  akan berakibat sangat merugikan negara atau meruntuhkan bangsa tersebut.   A.T. Mahan menyatakan,  bahwa Kekuatan Laut adalah  :  "  All that tends to make a people great upon the sea or by sea  ".


Seperti buku hasil karya Sun Tzu dan Carl Von Clausewitz,  buku karya A.T Mahan juga monumental dan melegenda,  masih dipelajari dan menjadi bahan rujukan dalam pembahasan berkaitan dengan strategi perang,  khususnya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan kekuatan maritim. 



Julian Stafford Corbett,  adalah sejarawan dari Royal Navy,  negara Inggris.  Dia adalah teman baik dan pendukung Admiral John Jackie Fisher,  tokoh yang menggulirkan reformasi Angkatan Laut Kerajaan Inggris / Royal Navy,  pada awal abad-20.  Julian Corbett juga dipercaya untuk menulis sejarah operasi Angkatan Laut Inggris pada masa Perang Dunia-1.


Pada tahun 1911 Julian Corbett menerbitkan buku hasil karyanya,  berjudul     Some Principles of Maritime Strategy  “.    Buku tersebut masih dipelajari sampai sekarang,   dan digunakan sebagai salah satu acuan bagi para pemikir strategi maritim zaman sekarang.  





Sun Tzu dan Clausewitz


Sun Tzu dengan buku ‘ The Art of War ‘ dan Clausewitz dengan buku ‘ On War ‘,   keduanya merupakan buku yang sarat dengan nilai-nilai filosofis.   Dalam buku ‘ The Art of War ‘ kita akan mendapati ajaran-ajaran Sun Tzu berupa pernyataan-pernyataan singkat,  terlihat seperti  pernyataan dalil-dalil,  atau pernyataan kesimpulan,  di mana uraian atau pembahasan dari apa-apa yang disimpulkan oleh Sun Tzu itu harus dipikirkan sendiri oleh mereka yang mempelajarinya.   Sebagai contoh,  Sun Tzu menulis ‘ All walfare is based on deception ‘ -  semua bentuk perang didasarkan atas pengelabuan -  pernyataan berupa seperti dalil atau kesimpulan itu tidak ada penjelasan sebelumnya,  misalnya bagaimana cara-cara melakukan pengelabuan terhadap musuh. 

Kita atau mereka yang mempelajarinya seolah-olah ‘ dipaksa ‘ untuk memikirkan sendiri bagaimana cara-cara melakukan pengelabuan terhadap musuh demi untuk memperoleh kemenangan.  Dengan demikian ajarannya itu bersifat sangat fleksibel,  dan oleh karenanya tepat sekali disebut sebagai Seni Perang – Art of War – karena pada dasarnya ada 1001 macam cara untuk melakukan pengelabuan,  baik pengelabuan yang bisa dilakukan pada tingkatan Taktis,  tingkatan Operasional,  tingkatan Strategi,  maupun pengelabuan level Strategi Besar ( Grand Strategy ).

Sebaliknya buku ‘ On War ‘ karya Clausewitz,  merupakan buku dengan uraian panjang lebar,  ditulis sesuai gaya penulisan abad-19 yang selalu dimulai tesa dan kemudian antitesa.  Sebenarnya buku ‘ On War ‘ masih berupa suatu konsep atau karya yang belum selesai, yang diterbitkan oleh Frau Clausewitz setelah suaminya meninggal pada tahun 1831.  Walaupun buku itu suatu karya yang belum selesai,  namun uraiannya sangat lengkap dan berisi prinsip-prinsip penting yang berlaku dalam suatu peperangan.  Dan Clausewitz pula yang pertama kali menekankan pentingnya ‘ teori perang ‘.   Teori perang diperlukan,  karena dengan adanya teori dapat melakukan penjelasan secara sistematik tentang hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya perang,  dan juga penjelasan sistematik tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk memenangkan perang.

Ada beberapa kesamaan pandangan antara Sun Tzu dan Clausewitz.  Pertama,  baik Sun Tzu maupun Clausewitz menyatakan pentingnya ilmu perang bagi suatu negara.  Dalam salah satu ajarannya Sun Tzu mengatakan bahwa soal perang adalah masalah penting untuk negara, jalan menuju kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karenanya merupakan kewajiban dipelajari secara menyeluruh.  Sedangkan Clausewitz menyatakan penting dan perlunya teori perang.  Pernyataan Clausewitz tentang teori perang ini sejalan dengan semangat pengembangan keilmuan di Eropa Barat pada masa itu / abad-19.  Ajaran Sun Tzu dan Clausewitz ini nantinya akan kita ketahui sangat mempengaruhi Julian Corbett dalam karya monumetalnya :  Some Principles of Maritime Strategy  “.   Corbett bahkan berhasil mengaplikasikan ajaran tersebut dengan baik.

Ke dua,  ajaran Sun Tzu yang disebut di atas juga relevan dengan prinsip yang diajarkan Clausewitz,  bahwa tujuan politik dalam perang dan dalam merancang strategi adalah untuk melindungi kepentingan nasional.  Kepentingan nasional – national interest -  dari suatu negara,  adalah di atas segala-galanya bagi negara tersebut.  Ketidakmampuan suatu negara dalam melindungi kepentingan nasionalnya akan menjadi ‘ bagian yang lemah ‘ dari negara tersebut.  Hal ini akan selalu menjadi sasaran empuk bagi pihak lain / negara lain yang memusuhinya.

Ke tiga,  Clausewitz percaya bahwa strategi perang yang utama adalah ‘ konsentrasi kekuatan ‘ yang ditujukan untuk melakukan pertempuran yang menentukan ( decisive battle ).  Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk ‘ menghabisi ‘ atau ‘ memusnahkan ‘ semua kekuatan lawan.  Dalam ‘ On War ‘ Clausewitz menulis :

  We do claim that the direct annihilation of the enemy’s forces must always be the dominant consideration. We simply want to establish this dominance of the destructive principle    (On War, page 228).

 “As many troops as possible should be brought into the engagement at the decisive point. . . . This is the first principle of strategy” (On War, page195); also, “The best strategy is always to be very strong; first in general, and then at the decisive point. . . . There is no higher and simpler law of strategy than that of keeping one’s forces concentrated” (On War, page 204).

Di sini terlihat perbedaan pandangan dengan ajaran Sun Tzu.  Baik Sun Tzu maupun Clausewitz sama-sama berbasis strategi kontinental,  karena ke duanya berpengalaman dalam berbagai medan pertempuran di daratan.  Namun Sun Tzu mengajarkan bahwa dalam penggunaan kekuatan harus selalu memperhatikan kondisi medan pertempuran.  Sun Tzu menekankan sangat pentingnya ‘ memilih dan menentukan medan pertempuran ‘,  dan juga menyebutkan beberapa ‘ jenis medan pertempuran ‘.  Antara lain, misalnya, di ‘ medan pertempuran terbuka ‘ sama sekali tidak boleh mencegat lawan untuk melakukan pertempuran yang menentukan ( decisive battle ).  Dari sisi ini terlihat bahwa ajaran seni perang Sun Tzu lebih fleksibel,  walaupun berbasis strategi kontinental tapi dapat diterapkan ke dalam strategi maritim. 

Ajaran Sun Tzu tentang hal ini terlihat digunakan oleh Julian Corbett.  Dalam bukunya Corbett banyak terinspirasi oleh ajaran Clausewitz,  namun soal ‘ konsentrasi kekuatan ‘ dan ‘ decisive battle ‘  Corbett berbeda pendapat dengan Clausewitz,  ‘ guru “-nya.




Clausewitz dan A.T.Mahan


Dalam artikel berjudul ‘ Corbett, Clausewitz and Sun Tzu ‘,Profesor Michael I. Handel  dari U.S.Naval War College menulis bahwa ide-ide A.T Mahan yang tertuang dalam bukunya    The Influence Of Sea Power Upon History 1660 – 1783 ‘ banyak dipengaruhi oleh ide-ide dari ajaran Antoine Henri Jomini.  

Henri Jomini (6 March 1779 – 24 March 1869 )  adalah tokoh pemikir strategi militer sekaliber Clausewitz,  dan ketokohannya timbul setelah Clausewitz meninggal.  Jomini dikenal memiliki kepribadian yang unik.  Dia dilahirkan di Swiss,  kemudian masuk menjadi tentara Perancis. Karier militernya menanjak dengan cepat sampai pangkat Brigadir Jenderal di ketentaraan Perancis.  Di kemudian hari Jomini pensiun sebagai Jenderal ........di ketentaraan Russia,  negara yang tadinya dimusuhinya.

Berkat ketajaman analisis-analisisnya terhadap perang yang sedang terjadi,  dia seolah-olah bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh penguasa Perancis waktu itu,  Napoleon Bonaparte.  Hal ini sangat mengherankan Napoleon Bonaparte karena belum ada satupun para jenderalnya yang diberitahu tentang rencana yang akan dilakukannya.  Jomini kemudian dipanggil dan diangkat menjadi Kolonel dalam ketentaraan Perancis,  dan pendapat maupun pandangan-pandangannya banyak digunakan oleh Napoleon.  Di kemudian hari Napoleon menaikkan pangkat Jomini menjadi Brigadir Jenderal.  Dalam kariernya Jomini menginginkan bisa memegang komando sendiri.  Namun keinginannya itu tidak terpenuhi.  Kekecewaannya itu yang menyebabkan Jomini ‘ menyeberang ‘ ke pihak musuh,  yaitu Russia,  dan diangkat menjadi Jenderal dalam ketentaraan Russia.  Ada kemungkinan,  larinya Jomini ke pihak musuh itu yang menyebabkan kekalahan Napoleon melawan Russia. 

Bahwa pemikiran A.T.Mahan banyak dipengaruhi oleh ide-ide Henri Jomini adalah suatu hal yang wajar,  mengingat bahwa pada era akhir abad-19 ide-ide Jomini yang tertuang dalam tulisan-tulisannya,  antara lain yang telah dibukukan dan berjudul “ The Art Of War “  ( Judul buku sama dengan buku karya Sun Tzu ),  merupakan bacaan wajib yang diajarkan di kalangan perwira militer A.S., termasuk di Akademi Militernya, West Point.  Seluruh Panglima dan Jenderal Amerika Serikat yang terlibat dalam Perang Sipil – Perang Saudara Amerika Serikat pada tahun 1861–1865 -  boleh dikatakan mereka berbekal Art of War-nya Henri Jomini.

Bukan tidak mungkin bahwa Henri Jomini yang senang belajar dan bekerja keras,  banyak mengambil ide-ide dari pendahulunya,  yaitu Carl von Clausewitz.  Hal ini terlihat jelas pada penekanan Jomini tentang perlunya ‘ teori perang ‘ untuk diajarkan sebagaimana diserukan oleh Clausewitz sebelumnya.   Dan A.T.Mahan termasuk yang berhasil menjabarkan ajaran Clausewitz,  melalui Jomini yang juga bervisi kontinental,  menjadi ajaran yang bervisi maritim,  yaitu menyangkut Maritime Power atau Sea Power.
Dewasa ini ada pendapat yang mengatakan,  bahwa Amerika Serikat sudah melupakan ajaran-ajaran A.T Mahan,  namun China / Tiongkok sekarang justru sedang menerapkannya.  Benarkah demikian ?  Sejarah juga nantinya yang akan membuktikan.


Clausewitz dan Julian Corbett

Dalam sesi ini sebagai penutup tulisan,  akan dikemukakan perbedaan yang menyolok antara ide Clausewitz dan Julian Corbett.  Diketahui bahwa ide-ide Julian Corbett yang tertuang dalam bukunya ‘ Some Principles of Maritime Strategy ‘ banyak dipengaruhi oleh Carl von Clausewitz.  Pengaruh dari pemikiran Clausewitz  tampak jelas,  sehingga bisa dikatakan pemikiran Corbett dalam bukunya bertitik-tolak  atau menggunakan landasan dasar  ide-ide Clausewitz.   Namun tidak seluruh ide Clausewitz diterimanya,  mengingat ide Clausewitz termasuk konsep perang continental.

Menurut Clausewitz,  strategi perang yang pertama dan harus dilakukan guna meraih kemenangan,   adalah dengan melakukan konsentrasi kekuatan secara maksimun,  dan lalu mengarahkan kekuatan tersebut dalam pertempuran yang menentukan ( decisive battle ) untuk menghancurkan kekuatan lawan.  Corbett berpandangan sebaliknya.    Pengerahan dan konsentrasi kekuatan secara maksimun dalam perang laut justru harus dihindari.    Ini point penting yang dikemukakan Corbett,  sebagai salah satu faktor yang menonjol perbedaan antara  perang darat dan perang di laut.

Point penting yang ditekankan oleh Julian Corbett kemungkinan didapat dari bukti berupa fakta historis dalam Perang Peloponesia,  yaitu hancurnya konsentrasi maksimum armada Athena dalam perang melawan Liga Peloponesia yang dipimpin Sparta.   Akibat dari kekalahan dalam perang itu,  di laut maupun di darat,  Athena tidak pernah bangkit lagi.  Di samping itu,  sejarah Inggris sendiri juga mencatat keberhasilannya menghancurkan konsentrasi maksimum Armada Spanyol -  waktu itu Spanyol di bawah pemerintahan Raja Philip -  dalam perang yang terjadi pada tahun 1588 melawan Armada Inggris.

Dan premis yang dikemukakan oleh Julian Corbett juga  telah terbukti dalam Perang Pasifik yang berlangsung dari tahun 1941 - 1945,  berupa hancurnya konsentrasi kekuatan Armada Sekutu ( ABDA ) yang dipimpin oleh Rear Adm.Karel Doorman dalam Pertempuran  di Laut Jawa ( 27 April 1942 ).  Kehancuran Armada Sekutu  membuka jalan bagi Jepang untuk mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa khususnya,  dan ' dengan mudah pula Jepang mengambil alih kekuasaan Hindia Belanda / Indonesia dari tangan Belanda.

Demikian pula kehancuran konsentrasi maksimum kekuatan laut dialami oleh pihak Jepang,  berupa hancurnya kekuatan inti Armada Jepang  yang dipimpin sendiri oleh Admiral Yamamoto dalam Pertempuran di Midway ( 4-14 Juni 1942 ).    Kehancuran konsentrasi maksimum Armada Jepang dalam pertempuran di Midway tersebut menjadi titik-balik dalam Perang Pasifik.   Sejak kehancuran armadanya di Midway,  Jepang mulai terdesak sampai berakhirnya Perang Pasifik dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 2 Sebtember 1945 di atas geladak USS. Missouri. 


 2 April 2014





First Edition 2013, Printable (Full Color,116 pages) 
and Kindle Edition

     






 Bahan Bacaan :

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Carl_von_Clausewitz
2. Joint Doctrine Publication 0-10 (JDP 0-10), August 2011 :  British Maritime Doctrine
3. Joint Pub, III -7, U.S Military Doctrine.
4. Michael I. Handel, Corbett, Clausewitz, and Sun Tzu, www.au.af.mil.
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Antoine-Henri_Jomini







Share



 
Blogger Templates