Pada saat manusia mengalami kebaikan dan kesenangan, kebanyakan dari mereka berpikir bahwa hal itu adalah akibat bantuan atau jasa orang lain. Sebaliknya di saat mengalami keburukan dan kesusahan, mereka berpikir bahwa hal itu adalah akibat dari perbuatan orang lain. Pemikiran seperti itu tidak salah, tetapi pada hakikatnya kurang tepat.
Proses sebenarnya adalah bahwa hal itu semuanya disebabkan oleh diri sendiri. Semuanya berawal dan berasal dari pikiran-pikirannya sendiri.
Orang lain, yang kita anggap mendatangkan kebaikan maupun keburukan, datangnya adalah akibat dari hasil kerja pikiran-pikiran kita sendiri. Mereka hadir mempengaruhi kehidupan kita, mendatangkan kesenangan atau kesusahan, tidak lain adalah karena keputusan-keputusan kita dalam proses berpikir, yang kebanyakan tidak kita sadari sebelumnya apa akibat-akibatnya yang baik atau yang buruk.
Satu contoh yang sederhana, misalnya seorang perampok dan pembunuh yang tertangkap basah dan dipukuli atau dihajar oleh massa. Ia menjadi sangat menderita akibat perbuatan atau tindakan orang lain. Mengapa ia mesti mengalami yang demikian, tidak lain adalah karena hasil kerja pikiran-pikirannya sendiri.
Pada awalnya, barangkali ia memikirkan kesulitan hidupnya, kemudian berusaha menjari jalan keluarnya. Tetapi yang dipikirkan adalah jalan keluar yang buruk, yaitu keinginan untuk memiliki uang banyak dalam waktu singkat, dengan cara tidak sah. Sampailah akalnya pada suatu pikiran, bahwa kebetulan ada kesempatan yang dianggapnya aman untuk mencapai keinginannya itu, misalnya dengan cara menodong atau merampok.
Proses berpikirnya jalan terus, menentukan sasarannya, memperhitungkan soal waktunya yang dianggap paling aman. Membayangkan jumlah uang yang bisa didapatnya, proses berpikirnya makin kuat menuntunnya untuk mencari-cari cara-cara yang dianggapnya paling aman untuk menyelamatkan diri, dan sebagainya.
Membayangkan hal-hal yang dipikirkannya itu, akhirnya proses berpikinya memutuskan untuk melakukan perbuatan tersebut.
Pada awalnya, mungkin ia tidak berniat melukai ataupun sampai membunuh korbannya. Namun ketika perbuatan menodong atau merampok itu dilakukan, terjadi hal-hal yang sama sekali tidak diduganya, sehingga dengan tidak berpikir panjang lagi ia terpaksa melukai korbannya, atau bahkan melakukan pembunuhan.
Dan ternyata terjadi pula hal-hal yang lepas dari perhitungannya, karena ketika melakukan perbuatan itu ternyata ada orang lain atau petugas keamanan yang memergokinya. Akhirnya ia dikejar, ditangkap, atau mungkin dihajar ramai-ramai, sebelum nantinya harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya di pengadilan.
Demikian, akhirnya ia menjadi sangat menderita akibat tindakan orang lain. Semuanya itu terjadi tidak lain berasal dari pikiran-pikirannya sendiri, yaitu karena ia telah mengendalikan pikirannya ke arah yang salah.. Akal pikirannya dipenuhi dengan pikiran buruk dan jahat, serta merugikan orang lain. Mau tidak mau keburukan, kejahatan, dan penderitaanlah yang mesti diterimanya.
Keadaannya akan berbeda 180 derajat seandainya ia secara konsisten mengendalikan pikirannya ke arah yang baik dan benar. Diawali dengan niat baik dan benar, maka proses berpikirnya akan menuntun ke arah pikiran-pikiran cara mengatasi kesulitan hidupnya dengan cara yang baik, tanpa merugikan orang lain.
Bila kendali pikirannya sudah mengarah demikian, maka akan muncul dalam pikirannya beberapa macam kerja atau usaha yang mungkin bisa dilakukannya dengan baik. Benar sekali pepatah yang mengatakan : Dimana Ada Kemauan, Pasti Ada Jalannya. There is a Will, There is a Way.Dan selanjutnya pikirannya akan menuntunnya untuk berbuat sesuatu yang baik, misalnya dengan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Jalan keluarnya bisa bermacam-macam, mungkin dengan cara membuka usaha sesuai dengan modal dan kemampuan yang dimilikinya, atau melamar pekerjaan menjadi karyawan atau pegawai. Di semua jalan keluar itu diperlukan Kesabaran, Keuletan, dan Ketabahan. Sangat penting untuk meneliti diri sendiri secara jujur, apa kelebihan dan apa kelemahan atau kekurangan-kekurangannya. Sering kali ada pekerjaan yang ditawarkan, atau mungkin ada beberapa jenis usaha yang bisa dilakukan dengan mudah, namun ia sendiri enggan melakukannya misalnya karena malu dan gengsi : mental-block.
Jika kita bisa menghilangkan mental-block, maka akan terbuka peluang kerja yang semakin luas .....................
( Kutipan dari buku : Stres & Cara Mengatasinya, Oleh : GS, Surabaya, 1989 )
Jika kita bisa menghilangkan mental-block, maka akan terbuka peluang kerja yang semakin luas .....................
( Kutipan dari buku : Stres & Cara Mengatasinya, Oleh : GS, Surabaya, 1989 )