Social Icons

20 April 2016

EKSPERIMEN IMAJINER TIDAK LOGIS DAN BISA MENYESATKAN




Albert Einstein dikenal sangat pandai membuat eksprimen pikiran atau eksperimen imajiner (Thought experiments), dan pertama kali membaca eksperimen imajinernya, orang pasti terkesan, atau mungkin tidak langsung mengerti karena untuk memahaminya kita 'dipaksa' untuk berpikir. Dua atau tiga kali membacanya barangkali kita baru paham apa yang dimaksud atau tujuannya.

Tujuan dari eksperimen imajiner sebenarnya adalah untuk menjelaskan alasan-alasan atau argumentasi dari suatu pernyataan atau premis yang dianggap benar oleh pencipta eksperimen imajiner itu. Dalam posting terdahulu telah disampaikan beberapa eksperimen imajiner Einstein berupa elevator yang naik ke atas, bertujuan menjelaskan kesimpulan / premis ' gravitasi bukan gaya'. Dan bahkan kesimpulan dari eksperimen imajinernya itu  dijadikan semacam dalil, yaitu Prinsip Kesetaraan ( Equivalence Principle).

Bagaimana Einstein sampai pada kesimpulan 'Cahaya dipengaruhi Gravitasi' atau cahaya dibengkokkan (light bending) oleh medan gravitasi benda masif?   Idenya itu dijelaskan pula melalui eksperimen imajiner pula, sebagai berikut:




    Seperti eksperimen imajiner sebelumnya, sebuah elevator yang bergerak naik dengan percepatan tetap melalui ruang hampa, jauh dari medan gravitasi manapun. Kali ini, penembak kelana antariksa menembakkan sebuah peluru pada elevator itu. Peluru itu menghujam pada sisi elevator, menembus dan muncul dari dinding elevator di hadapannya pada suatu titik sedikit di bawah titik tembus pertamanya. Dan alasannya jelas bagi pengamat dari luar bahwa peluru itu melesat dalam garis lurus menurut hukum kelembaman Newton. Namun ketika peluru menempuh jarak antara dua dinding di dalam elevator, elevator sudah menempuh jarak tertentu ke atas, menyebabkan lubang peluru pada dinding ke dua menjadi sedikit lebih dekat ke lantai. Dan bagi pengamat yang berada di dalam elevator, mereka akan menyimpulkan bahwa mereka berada dalam suatu medan gravitasi, dan peluru yang melalui elevator tampak lengkung murni terhadap lantai.

    Sesaat kemudian ketika elevator terus naik ke atas, seberkas cahaya tiba-tiba dipancarkan melalui celah pada sisinya. Karena kecepatan cahaya amat besar, berkas cahaya melewati jarak antara titik masuk dan dinding yang berhadapan dalam sepersekian detik. Walaupun elevator bergerak naik ke atas dalam interval dengan jarak tertentu, berkas cahaya yang menumbuk dinding di hadapannya seper-inci di bawah titik yang dimasukinya. Bila pengamat di dalam elevator diperlengkapi dengan alat pengukuran yang diharapkan, mereka akan dapat menghitung lengkung berkas sinar. Jika menggunakan hukum Newton mereka akan bingung, karena menurut Newton cahaya melintas dalam garis lurus. Namun jika menggunakan relativitas khusus mereka akan mengerti bahwa energi memiliki massa menurut persamaan E = mc2. Jadi, cahaya adalah bentuk energi dan akan dipengaruhi oleh medan gravitasi. Karena itulah berkas cahaya tersebut melengkung.

    Dari eksperimen imajiner tersebut Einstein menyimpulkan bahwa cahaya seperti juga benda materi, bergerak melengkung bila melalui medan gravitasi dari suatu benda masif.

Eksperimen  imajiner yang diperagakan Einstein di atas, memberi kesan apa yang dikemukakan itu sebagai suatu kebenaran.  Namun apakah hal itu benar sesuai kenyataan, bahwa peluru dan berkas cahaya akan tampak melengkung bagi pengamat di dalam elevator?  Jawabannya,  sama sekali tidak benar, salah dan menyesatkan.




1.Peluru dan berkas cahaya tampak melengkung berarti orang yang berada di dalam elevator seakan-akan mengetahui dari arah mana peluru dan berkas cahaya itu ditembakkan, yaitu dari arah sejajar dengan elevator sehingga ketika elevator bergerak naik maka lintasannya tidak lurus sejajar dengan atap elevator.

   
    Padahal sebelumnya dinyatakan pengamat  di dalam elevator tidak tahu mereka sedang berada di dalam elevator yang bergerak naik. Dan karena pengamat tidak tahu sedang berada di dalam elevator yang sedang bergerak naik, maka sangat aneh dan tidak logis jika dikatakan cahaya tampak melengkung bagi pengamat di dalam elevator, yang bisa mengatakan/membayangkan seperti itu adalah pengamat di luar elevator.


  2.Eksperimen di atas juga tidak logis, karena ada peluru ditembakkan dan ada berkas cahaya masuk, berarti orang yang berada di dalam elevator mengetahui mereka sedang berada di suatu ruangan.

3.Eksperimen di atas justru menjelaskan inkonsistensi antara Special Relativity dengan General Relativity. Dalam General relativoty dinyatakan 'Gravitasi bukan gaya' atau 'Gravity nothing about Force'. Pada eksperimen di atas dinyatakan 'Namun jika menggunakan relativitas khusus mereka akan mengerti bahwa energi memiliki massa menurut persamaan E = mc2. Jadi, cahaya adalah bentuk energi dan akan dipengaruhi oleh medan gravitasi. Karena itulah berkas cahaya tersebut melengkung.Kata kata 'akan dipengaruhi oleh medan gravitasi' menunjukkan bahwa gravitasi adalah suatu gaya, berarti menurut relativitas khusus / special relativity gravitasi adalah gaya, Gravity is a Force.


Dengan demikian terlihat jelas bahwa eksperimen imajiner di atas tidak logis (illogical), dan pencipta eksperimen imajiner berusaha menggiring orang lain ke arah kesimpulan yang ia inginkan.

Sebagai buktinya, kita juga bisa menggunakan eksperimen imajiner di atas sesuai tujuan yang kita inginkan, misalnya, kita menginginkan agar orang meyakini berlakunya teori gravitasi Newton. Caranya sederhana,  bahwa  para ahli fisika yang berada di dalam elevator itu sedang melakukan kegiatan lain dan tidak semata-mata berpikir berkaitan dengan gravitasi, lalu melihat ada peluru menembus dinding satu ke dinding lainnya. Peluru tersebut bergerak lurus , membentuk sudut yang kecil dengan bidang atas elevator, sehingga mengenai dinding elevator sedikit di bawah titik perkenaan dinding sebelumnya.  Lalu pengamat berpikir hal itu biasa sesuai berlakunya hukum gravitasi Newton. 

    Demikian juga ketika berkas cahaya ditembakkan, ketika melihat perkenaan cahaya ada sedikit perbedaan atau membentuk sudut yang sangat kecil dengan bidang atas elevator, pengamat di dalam elevator teringat berlakunya hukum gravitasi Newton, bahwa cahaya tidak bermasa oleh karenanya adalah hal yang biasa bahwa cahaya bergerak dalam lintasan yang lurus, dalam contoh di atas cahaya melintas dari atas menuju ke arah agak ke bawah.

     Dengan demikian jelas bahwa eksperimen imajiner tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan berlakunya Hukum Newton. Eksperimen imajiner bukan eksperimen sebenarnya. Orang membuat suatu cerita imajinasi seperti itu pasti memiliki tujuan, dan tujuannya tidak lain untuk 'menggiring' orang lain agar percaya serta membenarkan kesimpulan atau premis yang disampaikan. Jika dianalogikan dalam bentuk persamaan matematika, kita bisa membuat banyak sekali persamaan, misalnya 3 + 1 = 5 karena yang membuat persamaan menginginkan hasilnya 5.

    Dan jelas pula, bahwa eksperimen imajiner cenderung menyesatkan. Suatu dalil, postulat atau prinsip yang diambil dari eksperimen imajiner tidak bisa dibenarkan secara ilmiah. Demikian pula jika premisnya berupa suatu hipotesis, pastilah menghasilkan kekeliruan / error dan inkosistensi.  


     Di bawah ini disampaikan sebuah eksperimen imajiner atau eksperimen pikiran yang mengacu pada salah satu teori tentang model atom, yang memandang elektron  sebagai partikel-partikel bermuatan negatif yang bergerak mengelilingi inti atom yang bermuatan positif.   Orbit elektron dibayangkan seperti kulit yang berlapis-lapis, dan masing-masing lapisan kulit tersebut mempunyai tingkatan energi yang berbeda. Tingkat energi paling rendah adalah kulit paling dalam, tingkat energi tertinggi adalah kulit paling luar. Elektron-elektron bergerak stasioner pada masing-masing orbitnya, sehingga tidak ada energi yang dipancarkan maupun diserap. Energi yang dipancarkan atau diserap timbul bila terjadi perpindahan elektron dari satu orbit ke orbit lainnya. 





Model Atom (Wikipedia)


Berbasis teori model atom di atas si pembuat ekperimen ingin memberikan penjelasan "penemuannya" :

1. Dalam ilmu Fisika berlaku dalil, prinsip atau 'Asas Kepastian' atau 'The Certainty Principle'.
2.Dalam ilmu Fisika juga berlaku Prinsip Polaritas atau 'The Principle of Polarity'
3.Sekaligus membuktikan bahwa hukum sebab-akibat itu benar adanya.

Eksperimen pikirannya sebagai berikut ini:

"Seorang ahli fisika berusaha mengamati gerak elektron-elektron pada masing-masing orbitnya, dengan menggunakan supermikroskop yang sangat kuat. Ahli fisika itu mengalami kesulitan ketika ingin mengetahui posisi sebuah elektron tunggal. Mengingat ukuran sebuah elektron lebih kecil dari sebuah gelombang cahaya, dia hanya dapat menentukan sifat2 elektron cukup akurat, bila ia berhubungan dengan sejumlah elektron. Makin banyak/ sejumlah besar elektron yang diamati, maka semakin akurat informasi tentang sifat2 elektron bisa didapat.

Jika ahli fisika itu berusaha memperbesar ukuran sebuah elektron yang dilihatnya, ia harus menyinari partikel itu dengan sinar yang lebih kuat, yaitu suatu radiasi gelombang pendek, dengan sinar X mungkin masih belum cukup. Elektron dapat dibuat nampak lebih jelas, hanya dengan sinar gamma Radium frekuensi tinggi.   Namun kesulitan lain muncul, karena usaha menyinari partikel2 bisa mengganggu gerak elektron.    Orbit stasioner elektron / keseimbangan gaya-gaya yang terjadi akibat muatan positif inti atom dan muatan negatif elektron2 tersebut akan terganggu.    



Berdasarkan efek fotolistrik, sinar biasa menimbulkan gaya cukup keras pada elektron, dan sinar X yang mengenai elektron akan lebih keras lagi, sedangkan tumbukan sinar gamma yang lebih kuat bisa menimbulkan kerusakan.    Disini ahli fisika imajiner tersebut juga melihat adanya hubungan sebab akibat : adanya gaya yang lebih keras terhadap elektron menyebabkan gangguan terhadap gerak stasioner elektron, dan menjadikan pula sulit menentukan posisi dan kecepatan elektron secara akurat dalam waktu bersamaan."

Dari eksperimen pikiran di atas ahli fisika mendapatkan 3 (tiga) kesimpulan penting:

1.Adanya 'Kepastian' bahwa elektron di dalam suatu atom bergerak dalam orbitnya mengelilingi inti atom, dan 'Kepastian' ukuran elektron lebih kecil dari gelombang cahaya. Jika tidak ada kepastian dari dua hal itu, dia tidak mungkin bisa membuat suatu eksperimen imajiner atau eksperimen pikiran. Oleh sebab itu ahli fisika itu mengklaim penemuannya, bahwa dalam Fisika Modern berlaku 'Asas Kepastian' atau 'The Certainty Prinsiple'.

2.Elektron-elektron bermuatan negatif bergerak mengelilingi inti atom yang bermuatan positif, dan akibat adanya perbedaan muatan menjadikan elektron-elektron bergerak / tidak diam. Di dalam suatu atom selalu ditemui muatan positif dan muatan negatif. Oleh sebab itu ahli fisika itu mengklaim penemuannya lagi, bahwa ternyata di dalam ilmu Fisika Modern juga berlaku Prinsip Polaritas, yaitu prinsip Yang-Yin dalam filsafat China, atau 'The Principle of Polarity'.

3.Terlihat secara jelas dalam eksperimen imajiner di atas adanya hubungan sebab-akibat, pertama,  sebuah elektron tunggal tidak bisa diamati disebabkan ukurannya lebih kecil dari sebuah gelombang cahaya.  Ke dua, keakuratan penentuan sifat2 elektron tergantung banyaknya / sejumlah besar elektron yang diamati. Oleh sebab itu ahli fisika itu merasa senang telah berhasil membuktikan dengan eksperimen pikirannya bahwa ilmu Fisika Modern membenarkan adanya Hukum Sebab-Akibat yang berlaku universal.



Jangan terkejut, bahwa eksperimen imajiner di atas itu adalah hasil imajinasi Fisikawan Jerman, Werner Heisenberg, dan digunakan untuk menjelaskan penemuannya Asas  Ketidakpastian - Principle Of Uncertainty - pada tahun 1927.....................

 Everything is Dual; everything has poles; everything has its pair of opposites; like and unlike are the same; opposites are identical in nature, but different in degree; extremes meet; all truths are but half-truths; all paradoxes may be reconciled.” — The Kybalion

THE LAWS OF REALITY :  The Principle of Polarity




Baru terbit hari ini, dan bisa dibeli secara online langsung ke penerbitnya: Create Space, USA, Edisi Bahasa Indonesia, Full-Color, 94 halaman.

ISI BUKU


Kata Pengantar

1.Teori Relativitas Einstein
2. Eksperimen Imajiner dan Prinsip 
Kesetaraan Einstein, Ternyata Salah.

3. Meninjau Pembuktian Teori
Relativitas Umum di tahun 1919

4. Bukti Otentik Cara Pembuktian Teori 
Relativitas Umum Tidak Ilmiah

5. Pembelokan Cahaya Disebabkan Refraksi,
Bukan Gravitasi

6. Tentang Bulatan Angkasa
7. Bukti Kecepatan Cahaya Tidak Konstan
8. Kesimpulan

Referensi



Kesalahan Fatal Teori Relativitas Einstein
GPS doesn't use, doesn't need and doesn't prove Einstein's theory of relativity




Kesalahan Fatal Teori Relativitas Einstein 
(Fatal Mistakes Einstein's Theory of Relativity)
Amazon



Share



 
Blogger Templates