DELAPAN SIFAT-SIFAT UTAMA KEPEMIMPINAN
Hastha Brata, atau Delapan Sifat-Sifat Utama Kepemimpinan tercantum di Kitab Ramayana sebagai ajaran Sri Ramawijaya kepada Barata yang ditunjuk menggantikannya sebagai Raja. Sri Ramawijaya juga mengajarkan Hastha Brata kepada Gunawan Wibisana, ketika penobatan Gunawan Wibisana sebagai Raja Alengka setelah Rahwana dikalahkan. Hastha Brata juga tercantum di Kitab Mahabarata, sebagai ajaran Sri Kresna kepada Arjuna.
Di bawah ini penulis berusaha menjabarkan ajaran Hastha Brata secara singkat dan dengan bahasa sederhana.
Hastha Brata, atau Delapan Sifat-Sifat Utama Kepemimpinan
adalah suatu ajaran yang berasal dari pemahaman terhadap ‘
bahasa alam semesta ‘ – The Language of
Nature - . Seorang pemimpin wajib
memiliki sifat-sifat atau watak-watak sebagaimana dimiliki oleh 8 unsur- unsur
alam :
Matahari, Bulan, Bintang,
Angin, Mendung, Api,
Samudera, dan Bumi.
Watak Matahari. Sebagai sumber energy yang memiliki sifat panas. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki watak seperti matahari : yaitu sebagai sumber energy yang mampu membangkitkan semangat kepada setiap anak buahnya.
Watak Bulan.
Bulan menerangi bumi di waktu malam hari, dan cahaya bulan menampilkan pemandangan yang indah. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki watak seperti bulan : dapat menyenangkan dan memberi terang kepada anak buahnya yang sedang dalam kondisi susah.
Watak Bintang
Bintang-bintang yang bertaburan di
langit pada waktu malam hari menjadi hiasan yang indah di langit, dan dapat digunakan sebagai petunjuk arah
bagi yang memerlukannya. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki watak seperti
bintang : menjadi pedoman / panutan bagi anak buahnya
dengan memberi contoh tauladan yang baik,
sehingga dapat menjadi hiasan indah dalam kehidupan.
Watak Angin
Angin memiliki sifat mengisi setiap
ruang yang kosong, walaupun tempat yang
kecil dan rumit. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki watak seperti
angin :
dapat menyelami kehidupan anak buahnya secara teliti dan cermat, sehingga mampu memutuskan masalah secara
tepat, benar, dan bijaksana.
Watak Mendung
Mendung mempunyai sifat
yang menakutkan, tetapi
sesudah menjadi hujan memberi manfaat menyirami bumi yang kering dan
menghijaukan tanaman-tanaman. Artinya, seorang pemimpin harus memiliki watak seperti
mendung : menakutkan dalam arti memiliki wibawa
sehingga anak buahnya tidak berani dengan sengaja berbuat kesalahan atau
pelanggaran, dan kepatuhan dari anak
buah tersebut memberi manfaat bagi orang
banyak.
Watak Api
Api mempunyai sifat panas bagi siapa
saja dengan tidak pandang bulu. Artinya, seorang pemimpin harus dapat bersikap
adil, tegar, dan tidak pandang bulu atau tidak pilih
kasih.
Watak Samudera
Samudera mempunyai sifat luas, momot,
dan rata. Barang atau benda
apapun juga bila dimasukkan ke samudera tidak mengguncangkan. Artinya,
seorang pemimpin harus memiliki watak seperti samudera :
mempunyai wawasan yang luas sehingga sanggup menerima persoalan apapun
juga tanpa goncang jiwanya, sehingga
mampu memutuskan masalah secara jernih,
cepat, dan bijaksana.
Watak Bumi
Bumi mempunyai sifat
sentosa, suci, dan pemurah karena menyediakan semua
bahan-bahan kebutuhan untuk kehidupan.
Artinya, seorang pemimpin harus
memiliki watak seperti bumi : jujur dan sentosa budi pekertinya, serta pemurah dalam memberi hadiah atau
anugerah kepada anak buahnya yang telah bekerja keras dan berjasa.
Sri Ramawijaya mengajarkan, bahwa seorang raja atau pemimpin yang tidak memiliki 8 sifat-sifat utama atau Hastha Brata, ibarat seorang raja yang tidak memiliki mahkota. Sebaliknya, walaupun seorang rakyat jelata namun dalam hidupnya melaksanakan Hastha Brata, maka dia adalah manusia yang layak mendapat mahkota.
Sri Ramawijaya mengajarkan, bahwa seorang raja atau pemimpin yang tidak memiliki 8 sifat-sifat utama atau Hastha Brata, ibarat seorang raja yang tidak memiliki mahkota. Sebaliknya, walaupun seorang rakyat jelata namun dalam hidupnya melaksanakan Hastha Brata, maka dia adalah manusia yang layak mendapat mahkota.
There are three ways in which a ruler can bring misfortune upon his army:
(1) By commanding the army to advance or to retreat, being ignorant of the fact that it cannot obey. This is called hobbling the army.
(1) By commanding the army to advance or to retreat, being ignorant of the fact that it cannot obey. This is called hobbling the army.
( ABDA - The Java Sea Battle )
(2) By attempting to govern an army in the same way as he administers a kingdom, being ignorant of the conditions which obtain in an army. This causes restlessness in the soldier's minds.
(2) By attempting to govern an army in the same way as he administers a kingdom, being ignorant of the conditions which obtain in an army. This causes restlessness in the soldier's minds.
( Argentine - The Falklands War )
(3) By employing the officers of his army without discrimination, through ignorance of the military principle of adaptation to circumstances. This shakes the confidence of the soldiers.